Tuesday 26 November 2013

                                                            MAKALAH
          PENGERTIAN ETIKA, MORAL, AKHLAK, DAN LATAR BELAKANG SEJARAH                   PERKEMBANGANNYA



DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN      3
1.1    Latar Belakang      3
1.2    Tujuan      4
BAB II PEMBAHASAN      5
A.    ETIKA      5
B.    MORAL      6
C.    SUSILA      7
D.    HUBUNGAN ETIKA, MORAL dan SUSILA DENGAN AKHLAK      7
E.    SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK      8
1.    Ilmu Akhlak Di Luar Agama Islam      8
1)    Akhlak Pada Bangsa Yunani      8
2)    Akhlak Pada Bangsa Romawi (Abad Pertengahan)      9
3)    Akhlak Pada Bangsa Arab      9
2.    Akhlak Pada Agama Islam      9
3.    Akhlak Pada Zaman Baru      10
BAB III PENUTUP      11
Kesimpulan      11
Daftar Pustaka       12




BAB I
PENDAHULUAN

1.3    Latar Belakang
    Pendidikan Islam pada intinya adalah sebagai wahana pembentukan manusia yang bermoralitas tinggi. Di dalam ajaran Islam moral atau akhlak tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Keimanan merupakan pengakuan hati. Akhlak adalah pantulan iman yang berupa perilaku, ucapan, dan sikap atau dengan kata lain akhlak adalah amal saleh. Iman adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah semata.
    Berkaitan dengan pernyataan di atas bahwa akhlak tidak akan terpisah dari keimanan, dalam al-Qur'an juga sering dijelaskan bahwa setelah ada pernyataan “orang-orang yang beriman,” maka langsung diikuti oleh “beramal saleh.” Dengan kata lain amal saleh sebagai manifestasi dari akhlak merupakan perwujudan dari keimanan seseorang. Pemahaman moralitas dalam bahasa aslinya dikenal dengan dua istilah yaitu al-akhlaq al-karimah dan al-akhlaq al-mahmudah. Keduanya memiliki pemahaman yang sama yaitu akhlak yang terpuji dan mulia, semua perilaku baik, terpuji, dan mulia yang diridlai Allah.
Satu masalah sosial/kemasyarakatan yang harus mendapat perhatian kita bersama dan perlu ditanggulangi dewasa ini ialah tentang kemerosotan akhlak atau dekadensi moral.
Di samping kemajuan teknologi akibat adanya era globalisasi, kita melihat pula arus kemorosotan akhlak yang semakin melanda di kalangan sebagian pemuda-pemuda kita. Dalam surat-surat kabar sering kali kita membaca berita tentang perkelahian pelajar, penyebaran narkotika, pemakaian obat bius, minuman keras, penjambret yang dilakukan oleh anak-anak yang berusia belasan tahun, meningkatnya kasus-kasus kehamilan dikalangan remaja putrid dan lain sebagainya.
Hal tersebut adalah merupakan suatu masalah  yang dihadapi masyarakat yang kini semakin marak, Oleh kerena itu persoalan remaja seyogyanya mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif,  yang titik beratnya untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kemerosotan akhlak dan moral dikalangan remaja.



1.4    Tujuan
a.    Mengetahui sejarah perkembangan akhlak.
b.     Mengetahui Pengertian dan perbedaan dari akhlak, etika, dan moral.
c.    Mengetahui kondisi akhlak remaja saat ini dan permasalahan yang ditimbulkan.
d.    Dapat menentukan solusi yang tepat untuk menangani permasalahan akhlak, etika, dan moral remaja berdasar atas dalil naqli dan aqli.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    ETIKA
    Dari segi etimologi ( ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).

    Adapun arti etika dari segi istilah telah dikemukakan oleh para ahli dengan ungkapan yang berbeda sesuai dengan sudut pandang masing-masing Ahmad Yani misalnya, mengartikan etika sebagai ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
    Pengertian lebih lanjut dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Menurutnya, etika adalah ilmu yang mempelajari tentang kebaikan dan keburukan didalam hidup manusia, semua itu mengenai gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan apa yang mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.

    Dari beberapa definisi etika tersebut dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal, sebagai berikut :
1.    Dilihat dari segi pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
2.    Dilihat dari sumbernya, etika bersumber pada rasionalitas atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka, etika tidak bersifat mutlak, absolut, dan tidak pula universal.
3.    Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu, dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, dsb.
4.    Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntunan zaman.
Dengan ciri-cirnya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan antroposentris, yakni berdasarkan pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang di hasilkan oleh akal manusia.

B.    MORAL
    Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa indonesia di katakan bahwa moral adalah penentuan baik atau buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
    Selanjutnya moral dalam arti istialah adalah suatu istilah yang di gunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, dan buruk.
    Selanjutnya pengertian moral di jumpai pula dalam the advanced leaner’s dictonary of correct English. Dalam buku ini dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai berikut :
1.    Prinsip-prinsip berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
2.    Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar atau salah.
3.    Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai ketentuan yang baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari0hari dikatan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksud adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dan lainnya kita dapat mengatakan bahwa antara etika dan moral miemiliki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya ditentukan posisi apakah baik atau buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan, pertama jika dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaraan moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang serta berlangsung di masyarakat.
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam peakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.
Kesadaran moral erat pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut consience, conscientia, gewissen, gewetten, dan dalam bahasa arab disebut qalb, fuad. Dan dalam kesadaran moral itu mencakup tiga hal.
1.    Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral, kewajiban tersebut tidak dapat ditawar-tawar, karena sebagai kewajiban maka andaikata dalam pelaksanaan tidak dapat dipatuhi maka suatu pelanggaran moral.
2.    Kesadaran moral juga dapat terwujud rasionalitas dan obyektif yaitu suatu perbuatan yang bersifat umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang obyektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui, berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berbeda dalam situasi yang sejenis.
3.    Kesadaran moral dapat juga muncul dalam bentuk kebebasan. Bebas dalam menentukan perilakunya dan didalam penentuan sekaligus terlihat nilai manusia itu sendiri.
Berdasarkan pada uraian tersebut kita dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau sistem hidup yang dilaksanakan dan diberlakukan oleh masyarakat. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian adalah orang yang memiliki kesadaran moral atau orang yang telah bermoral.

C.    SUSILA
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an”. Kata tersebut berasala dari bahasa sansakerta yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup dan norma. Orang yang susila adalah orang berkelakukan baik, sedangkan asusila adalah orang yang berkelakuan buruk. Para pelaku zinah (pelacur) sering diberi gelar tuna susila. Kata susila dapat juga berarti sopan, beradab, baik budi dan bahasanya.

D.    HUBUNGAN ETIKA, MORAL dan SUSILA DENGAN AKHLAK
Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatan bahwa etika, moral, susila, dan ahklak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk menentukan baik buruknya. Semua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman , damai dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya.
Perbedaan antara etika, moral dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akhlak dan pikiran dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masayarakat, dan pada akhlak tolak ukurnya adalah al-Qur’an dan Hadits.
Perbedaan lain antara moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan pembahasannya. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat lokal dan individual.
Uraian di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral dan susila berasal dari rasio dan kebudayaan masyarakat, sedangkan akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Qur’an dan Hadits. Dengan kata lain jika etika, moral, dan susila berasal dari manusia sdangkan akhlak berasal dari Tuhan.
Namun demikian bisa saja terjadi bahwa antara akhlak dan etika, moral dan susila menunjukkan kegiatan yang tidak sejalan. Hal itu bisa terjadi pada masyarakat yang dalam berfikirnya bersifat liberal, atheis dan sekuler sebagaimana terjadi di barat.
Akhlak Islam yang bersumber pada wahyudapat menerima atau mengakui peranan yang dimainkan oleh etika, moral dan susila, yaitu sebagai sarana untuk menjabarkan akhlak islam yang terdapat dalam Qur’an dan Hadits, sepanjang etika, moral dan susila itu sejalan dengan Qur’an dan Hadits.
Dengan cara demikian ajaran akhlak disamping memiliki nila-nilai yang bersifat mutlak, absolut dan universal. Sebaiman terdapat dalam Qur’an dan Hadits juga menerima ajaran yang bersifat rasional, lokal dan kultural sehingga ajaran islam itu dapat hadir dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Dan akhlak islam disamping menerima adanya universalitas juga mengakui adanya variasi dan perbedaan-perbedaan.

E.    SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK

1.    Ilmu Akhlak Di Luar Agama Islam
1)    Akhlak Pada Bangsa Yunani
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada bangsa Yunani baru terjadi setelah munculnya apa yang disebut sopisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana. Padangan dan pemikiran filsafat yang dikemukakan para filosof Yunani itu secara redaksional berbeda-beda, tapi substansi dan tujuan nya sama, yaitu menyiapkan angkatan muda Yunani agar menjadi nasionalis yang baik lagi merdekadan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya. Sejarah mencatat bahwa filosof pertama Yunani yang mengemukakan pemikirannya di bidang akhlak adalah Socrates tahun (469-399 SM).
Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak karena beliau yang pertama kali berusaha sungguh-sungguh membentuk pola hubungan antar manusia dengan dasar ilmu pengetahuan. Pada tahap selanjutnya datanglah Plato (427-347 SM). Ia seorang ahli fisafat Athena. Ia telah menulis beberapa buku di antaranya buku yang mengandung ajaran akhlak adalah republik, dalam pandangan akhlaknya Plato tampak berupaya memadukan antara unsur yang datang dari diri manusia dan unsur yang datang dari diri manusia dan unsur yang datang dari luar.
Setelah plato, datang pula Aristoteles (394-322 SM). Sebagai murid Plato. Aristoteles berupaya membangun suatu paham yang khas dan par apengikutnya disebut sebagai kaum Peripatetis. Dia berupaya menyelidiki akhlak secara mendalam dan menuangkannya dalam bentuk karya tulis. Aristotles berpandapat bahwa tujuan akhir yang dikehendaki oleh manusia dari apa yang dilakukannya adalah kebahagiaan. Jalan untuk mencapai kebahagiaan ini adalah dengan mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya.
2)    Akhlak Pada Bangsa Nasrani
Pada akhir abad ketiga masehi, tersiar agama Nasrani di Eropa, agama ini telah berhasil mempengaruhi pemikiran manusia dan membawa pokok-pokok ajaran akhlak yang disebut dalam kitab Taurat dan Injil. Menurut agama ini, Tuhan adalah sumber akhlak. Menurut ahli-ahli filsafat Yunani, bahwa pendorong untuk melakukan perbuatan baik adalah pengetahuan dan kebijaksanaan sedangkan menurut agama Nasrani, pendorong kebaikan adalah cinta dan iman kepada Tuhan berdasarkan kepada kitab Taurat. Akibat dari faham akhlak yang demikian itu kebanyakan para pengikut pertama dari agama ini suka menyiksa dirinya, menjauhi dunia yang fana, beribadah, zuhud dan hidup menyendiri.

3)    Akhlak Pada Bangsa Romawi (Abad Pertengahan)
Kehidupan masyarakat Eropa pada abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Namun demikian, sebagian dari kalangan gereja, ada yang menggunakan pemikitan Plato, Aristoteles dan Stoics untuk memperkuat ajaran gereja dan mencocokkannya dengan akal filsafat yang menentang agam Nasranidibuang jauh-jauh.

4)    Akhlak Pada Bangsa Arab
Pada bangsa arab, zaman Jahiliyah tidak mempunyai ahli-ahli filsafat yang mengajak pada aliran faham tertentu. Pada masa itu, bangsa arab hanya mempunyai ahli-ahli hikmah dan ahli sya’ir.
Dalam kata-kata hikmah dan sya’ir tersebut dapat dujumpai ajaran yang memerintahkan agar berbuat baik dan menjauhi keburukan, mendorong pada perbuatan yang utama dan menjauhi keburukan.

4.    Akhlak Pada Agama Islam
Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia. Selain itu, agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempirna dan memuan ajaran yang menuntun umat pada kebahagiaan dan kesejahteraan.
Selain berisi perintah, Qur’an juga mengandung larangan seperti larangan berbuat syirik, durhaka kepada orang tua, mencuri, berzinah, dsb.
Hasil penelitian Thahabathi terhadap kandungan Qur’an mengenai jalan yang harus ditempuh manusia ada tiga macam.
a.    Menurut al-Qyron dalam hidup manusia hanya menuju kepada kebahagiaan, ketenangan dan pencapaian cita-cita.
b.    Perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia senantiasa berada dalam satu kerangka peraturan dan hukum tertentu.
c.    Jalan hidup terbaik manusia jalan hidup berdasarkan fitrah, bukan berdasarkan hawa nafsu.
Selanjutnya, perhatian Islam terhadap pembinaan akhlak dapat pula dijumpai dari perhatian Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda sebagai berikut :
“Aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak  manusia” HR. Ahmad
Ucapan-ucapan nabi yang berkenaan dengan pembinaan akhlak yang mulia itu diikuti pula oleh perbuatannya dan kepribadiannya. Adanya akhlak Rasulullah yang demikian itu dinyatakan dalam ayat berikut :
“Pada diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu sekalian” (QS. Al-Ahzab : 21)
Dengan demikian akhlak dalam Islam memiliki dua corak.
a.    Akhlak yang bercorak normatif yang bersumber pada Qur’an dan as-Sunnah.
b.    Akhlak yang bercorak rasional dan kultural yang didasarkan pada hasil pemikiran yang sehat serta adat istiadat pada kebudayaan yang berkembang.
5.    Akhlak Pada Zaman Baru
Pada akhir abad ke-15 M, Eropa mulai mengalami kebangkitan dalam bidang filsafat, pengetahuan dan teknologi. Segala sesuatu yang selama ini dianggap mapan mulai dikritik dan diperbaharui, hingga akhirnya mereka menerapkan pola bertindak dan berfikir secara liberal. Diantaranya perbaharuan masalah akhlak.
Akhlak yang mereka bangun didasarkan pada penyelidikan menurut kenyataan empiris dan tidan mengikuti gambaran khayal atau keyakinan yang terdapat pada ajaran agama.
Banyak totoh pemikir akhlak (etika, moral) yang lahir pada abad baru ini. Mereka itu diantaranya adalah Descartes, Shafesburry, Hatshon, Bentham, John Stuart Mill Kant, Dan Bertrand Russel.



BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
Etika
ᐅ    Etika    : Pengetahuan tentang asas-asas akhlak.
ᐅ    Etika dari segi objek    : Membahas perbuatan
ᐅ    Etika dari segi sifat    : Berubah sesuai tuntutan zaman
ᐅ    Etika dari segi fungsi    : Penilai, penentu, dan penetap
ᐅ    Etika dari segi sumber    : Bersumber pada akal fikiran atau filsafat
ᐅ    Etika bersifat humanistis dan antroposentris

Moral
o    Moral    : Tolak ukur yang digunakan untuk memberikan batasan dengan nilai ketentuan baik dan buruk.
Perbedaan Etika dan Moral
o    Etika menggunakan rasio, sedangkan moral tumbuh berkembang dan berlangsung di masyarakat.
Kesadaran moral mencakup 3 hal :
a.    Perasaan wajib untuk tindakan yang bermoral
b.    Terwujud rasional dan obyektif, diberlakukan secara universal
c.    Dalam bentuk kebebasan dengan terpampang nilai kemanusiaan itu sendiri
Hubungan etika, moral, susila dengan akhlak sama yaitu satu tujuan agar terciptanya masyarakat yang baik, teratur, aman dan sejahtera batiniyah dan lahiriyah. Etika berdasarkan pendapat akal pikiran, moral dan susila berdasar kebiasaan. Sedangkan akhlak tolak ukurnya adalah al-Qur’an dan Hadits.







Daftar Pustaka

Nata, Abudin. 2012. Akhlak Tasawuf. Rajawali Pres. Jakarta

                                                                  -Nurul Fikri-


kedudukan fungsi Hadits dalam ajaran Islam

                           Makalah Kedudukan dan Fungsi Hadist dalam Ajaran Islam

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, Keluarga dan para sahabatnya, setra para pengikut yang setia hingga hari pembalasan kelak. Dan tak lupa kami bersyukur atas tersusunnya Makalah kami yang berjudul Kedudukan dan Fungsi Hadist dalam Ajaran Islam.
    Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan kita semua, dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadist kami.
    Dengan terselesaikannya makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran atas kekurangan kami dalam menyusun makalah ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna khususnya bagi mahasiswa UIN SyarifHidayatulloh Jakarta dan juga semua pihak.



Ciputat, 12 September 2013
                                          

           
                          Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I    4
PENDAHULUAN    4
i.    Latar Belakang    4
ii.    Rumusan Masalah    4
iii.  Tujuan Masalah    4
BAB II    5
PEMBAHASAN    5
1.    Hadist sebagai sumber ajaran Islam    5
2.    Dalil-dalil al-Qur’an tentang kedudukan, fungsi hadist dan penjelasannya.    6
3.    Dalil-dalil hadits tentang kedudukan, fungsi hadist dan penjelasannya    7
4.    Keutamaan mengikuti sunnah Rasulullah SAW    9
BAB III    10
PENUTUP    10
Kesimpulan    10
Daftar pustaka    11




BAB I
PENDAHULUAN

i.    Latar Belakang
    Terkadang, banyak yang memahami agama setengah setengah, dengan dalih kembali pada ajaran islam yang murni, yang hanya berpegang teguh pada sunnatulloh atau Al-Qur’an, lebih-lebih mengesampingkan peranan al Hadits, sehingga banyak yang terjerumus pada jalan yang sesat, dan yang lebih parah lagi, mereka tidak hanya sesat melainkan juga menyesatkan yang lain.
    Oleh karena itu, mau tidak mau peranan penting hadits terhadap Al-Qur’an dalam melahirkan hukum Syariat Islam tidak bisa di kesampingkan lagi, karena tidak mungkin  umat Islam memahami ajaran Islam dengan benar jika hanya merujuk pada Al-Qur’an saja, melainkan harus diimbangi dengan Hadits, lebih-lebih dapat disempurnakan lagi dengan adanya sumber hukum Islam yang mayoritas ulama’ mengakui akan kehujahannya, yakni ijma’ dan qiyas.
    Sehingga, seluruh halayak Islam secara umum dapat menerima ajaran Islam seccara utuh dan mempunyai aqidah yang benar, serta dapat dipertangungjawabkan semua praktik peribadatannya kelak.
ii.    Rumusan Masalah
•    Seperti apa kedudukan dan fungsi hadist dalam ajaran Islam?
•    Adakah  dalil-dalil yang menjelaskan tentang kedudukan dan fungsi hadist?
iii.    Tujuan Masalah
Agar  para mahasiswa dapat memahami dari fungsi dan kedudukan hadist didalam ajaran Islam yang dijelaskan pada dalil-dalil yang ada di al-Qur’an serta menjelaskan apa yang diajarkan sunnah Rasulullah SAW dalam hadist.
•    Seperti apa kedudukan dan fungsi hadist dalam ajaran Islam
•    Memahami dalil-dalil kedudukan dan fungsi hadist

BAB II
PEMBAHASAN
1.    Hadist sebagai sumber ajaran Islam

    Hadist adalah perkataan yang berasal dari bahasa arab yang artinya baru, tidak lama ucapkan, pembicaraan, dan cerita. Menurut ahli hadist, Hadist adalah segala berita yang bersumber dari Rasulullah SAW, berupa ucapan, perbuatan, takrir dan penjelasan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW.
    Interpretasi Nabi Muhammad SAW terhadap Al Quran yang kemudian disebut hadis, terkadang bukan hanya sebagai tafsir, melainkan juga berisikan hukum hukum yang tidak terdapat dalam Al Quran. Hadist sumber kedua bagi umat islam, menerangkan segala yang dikehendaki Al Quran, sebagai penjelas, pensyarah, penafsir, peng-qayid, pen-takhsis, dan yang mempertanggungkan kepada yang zhahir-nya.
    Hadist sebagai sumber ajaran islam yang berasal dari Allah yaitu wahyun ghairu mathluwin mempunyai sifat yang spesifik yaitu maknanya dari Allah, sementara lafadznya dari Nabi. Oleh karena itu hadist dalam arti sunnah Nabi dalam fungsinya terhadap Al quran dan memberikan petunjuk petunjuk praktis dalam pengamalan ajaran tersebut. Ajaran As-sunnah yang terkandung dalam hadis wajib dipatuhi umat islam .
    Adapun Hujjiyah Hadist atau kehujjahan hadist adalah keadaan hadist yang wajib dijadikan dasar hukum (al-dalil al-syar’i) dalam menangani suatu masalah. Hadist sebagai dalil juga ditunjukkan oleh nash-nash qath’iy yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW tidak menyampaikan sesuatu (dalam konteks syariat) kecuali berdasarkan wahyu yang telah diwahyukan. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadisnya.


2.    Dalil-dalil al-Qur’an tentang kedudukan, fungsi hadist dan penjelasannya.

    Kedudukan hadist menempati kedudukan tingkat kedua sebagai sumber hukum islam setelah al-Qur’an. Dijelaskan dalam firman Allah QS.Al ahzab : 36

Artinya:
 “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.”
QS. Annisa :80


Artinya:
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.“

QS. Al- Imran:132

Artinya:
“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.”

    Dalam ayat ayat tersebut sudah sangat jelas menunujukan kepada kita bahwa hadis merupakan salah satu sumber ajaran islam.
Sementara fungsi hadits, menurut pandangan para ulama ada 3 fungsi :
1.    Memperkuat Al-Qur'an, Contoh hadist “Buniyal Islamu 'Ala Khamsin” memperkuat ayat Aqiimussholat dll.
2.    Hadits merinci aturan-aturan yang digariskan oleh Al-Qur'an, baik dalam bentuk terperinci ataupun khusus.
3.    menetapkan hukum baru yang belum diatur secara eksplisit di dalam Al-Qur'an.


3.    Dalil-dalil hadits tentang kedudukan, fungsi hadist dan penjelasannya

    Adapun As-Sunnah merupakan sumber kedua dan ijtihad merupakan sumber hukum yang ke tiga. Sistematikanya adalah sebagai berikut: (1) Al Quran adalah undang-undang dasar islam, bersumber dari Allah, (2) Sunah Hadist ialah, undang-undang islam yang bersumber dari Nabi, dan (3) Ijtihad adalah peraturan islam atau kaidah-kaidah umum yang dirumuskan oleh muslim yang berilmu.
    Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW berkenaan dengan keharusan  menjadikan hadist sebagai pedoman hidup, di samping Al-qur`an sebagai pedoman utamanya

Rasulullah SAW bersabda:
تَرَكـْتُ فِـيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّـكْتُمْ بِهِماَ كِـتَابَ اللهِ وَ سُـنَّةَ نَبِيِّهِ (رواه مالك)
Artinya:
“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu berupa kitab Allah( Al Quran) dan Sunnah Rasul-Nya”. (HR. Malik) .
    Sementara keharusan memegang sunnah Rasul dinyatakan oleh Rasulullah SAW “dari Urbad bin Sariyah, Rasulullah SAW bersabda kalian wajib mendengar dan menaati walaupun terhadap hamba dari habsyi. Karena barang siapa diantara kamu yang hidupnya menjalani banyak perselisihan, maka kamu sekalian harus berpegang pada sunnah ku dan sunnah Khulafah Ar-Rasydin yang menunjuki, berpegang lah kamu dengan kuat dan jauhi lah oleh kamu bid’ah karena setiap bid’ah itu sesat.” (H.R. At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).


4.    Keutamaan mengikuti sunnah Rasulullah SAW

        Tugas pokok nabi Muhammad SAW diutus Allah adalah sebagai Rasul , yakni     memberikan     bimbingan kepada umat manusia agar tidak sesat dalam menempuh     kehidupannya. Dalam QS. Al-ahzab:21
          
    “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu  suri teladan yang baik bagimu     (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan     dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al-Ahzab:21)
        Dari ayat tersebut diatas menunjukan keutamaan dan kemuliaan mengikuti sunnah     Rasulullah SAW, karena Allah SWT menamakan semua perbuatan Rasul sebagai     ‘Teladan yang baik’. Seseorang yang meneladani Rasul berarti telah menempuh Ash-    Shiratal Mustaqim yang membawanya pada kemuliaan dan Rahmat Allah Azza wa Jalla.
        Allah SWT mengisyaratkan satu faidah yang penting yaitu keterikatan Allah di     hari akhir. Ini megartikan bahwa semangat dan kesungguhan seorang muslim untuk     meneladani sunnah Rasulullah SAW.


BAB III
PENUTUP
    Kesimpulan

    Al-Qur’an dan hadist adalah sebagai pedoman hidup, sumber hokum dan ajaran dalam Islam. Antara satu dengan yang lainnya. Keduanya merupakan satu kesatuan. Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global. Oleh karena itu kehadiran hadist sebagai sumber ajaran kedua tampil untuk menjelaskan(bayan). Keumuman isi al-Qur’an tersebut.
    “keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (QS An-Nahl:44)
        Dari isi kandungan ayat tersebut diatas jelas Rasulullah diperintahkan untuk menjelaskan kandungan dan cara-cara melaksanakan ajaran kepada merkea melalui hadist. Oleh karena itu fungsi hadist sebagai penjelas.



Daftar pustaka

Kitab “Mahabbatur Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam Baini Ittibaa’ Wal Ibtidaa” hal 65-71
Nata,Abuddin, 2000, Al-qur`an Dan Hadis.Jakarata:PT RajaGrafindo.
Soebahar, Erfan. Menguak fakta keabsahan As-sunnah. Prenada Media. Jakarta.2003
Suparta, Munzier. Ilmu Hadits. PT Raja Gravindo Persada. Jakarta.2008
Ranuwijaya, Utang,Ilmu Hadis, Jakarta : Gaya Media Pratama,1996
Khaeruman, Badri. Ulum Al-Hadist. Bandung : Pustaka Setia, 2010



                                                                  -Nurul Fikri-

Berakhlak terhadap Allah

                                                         Berakhlak Terhadap Allah
             
            Sebagai seorang muslim yang baik memang diwajibkan berakhlak kepada Allah SWT karena Allah adalah Tuhan yang menciptakan segalanya dengan sangat sempurna, kita sebagai seorang manusia diciptakan atas kehendak-NYA, oleh karena itu alangkah baiknya kita berakhlak kepada sang Kholik sebagai rasa syukur kita.
             Disini saya akan menceritakan pengalaman saya mengenai berakhlak terhadap Allah, pada tahun 2010 alhamdulillah dengan izin Allah, saya dan keluarga yang terdiri dari kedua orang tua saya dan ke dua adik juga nenek telah melaksanakan ibadah Umroh, ketika itu saya masih kelas 1 SMA, saya tidak pernah menyangka bahwa saya akan melaksanakan ibadah Umroh yang artinya saya akan pergi ke Mekkah dan Madinah yaitu dua kota suci padahal saya belum memiliki apa-apa, tapi ketika saya bertanya pada ke dua orang tua saya ternyata jawaban mereka sangat mengejutkan dan membuat saya sangat terharu dan meneteskan air mata, bahwa alasan mereka memberangkatkan saya Umroh adalah karena ketika saya masih dalam kandungan, mama saya bernazar didepan ka’bah ketika melaksanakan ibadah Haji jika anak yang keluar dari rahim saya ini telah hafal qur’an 5 juz saya akan memberangkatkannya Umroh tetapi jika anak ini telah hafal qur’an sebanyak 30 juz saya akanmemberangkatkannya Haji. Subhanallah, dengan izin Allah akhirnya do’a mama terkabulkan, anak yang sedang dalam rahimnya saat itu adalah saya dan Alhamdulillah saya telah menyelesaikan hafalan qur’an sebanyak 5 juz oleh karena itu maka orang tua memberangkatkan saya ibadah Umroh sesuai dengan nazar mama. Akan tetapi dengan kemurahan Allah indahnya ibadah Umroh itu tidak hanya saya sendiri yang merasakan melainkan ke dua orang tua saya yakni mama dan papa serta ke dua adik saya begitu pula dengan nenek saya semuanya berangkat Umroh.
Sungguh itu adalah nikmat luar biasa yang Allah beri untuk saya, ketika itu saya dan keluarga langsung mempersiapkan segala keperluan untuk umroh mulai dari pakaian, uang, visa, kesehatan dan lain sebagainya. Ketika hari keberangkatan tiba semua sanak keluarga, tetangga, sahabat dan kerabat datang kerumah untuk mengantarkan kami menuju bandara melaksanakan ibadah Umroh, subhanallah segala doa dilantunkan untuk kami dengan sangat khidmat dan khusyuk, setelah segala rangakaian doa selesai kami menuju bandara dan sampai kami disana langsung naik pesawat Jakarta-Jeddah, sesampainya di Jeddah saya bahagia sekali karena semakin dekatlah pada kota suci.
          Perjalanan kami setelah dari Jeddah adalah kota Madinah Al-Munawwaroh, ketika sampai di Madinah saya terharu subhanallah inilah salah satu kota perjuangan Rasulullah. saya dan keluarga mengucap rasa syukur tiada henti. Kami langsung menuju Masjid Nabawi melaksanakan sholat, ketika di Masjid Nabawi saya terkagum kangum dengan bangunan yang megah dan indah, disana juga kami berziarah kubur dimakam Rasulullah. Dan memanjatkan do’a disalah satu tempat mustajabah di Raudoh, dekat makam Rasul. Setelah beberapa hari kami di Madinah dan mengunjungi tempat-tempat sejarah perjuangan Islam disana, lalu kami berangkat menuju kota Makkah Al-Mukarramah, setelah sampai disana kami langsung melaksanakan ibadah Umroh, dan berjalan menuju Masjid Al-Haram, ketika sampai dimasjidnya kami langsung melihat Ka’bah Baitulloh, subhanallah bergetar hati ini tak terasa air mata pun menetes bersyukur atas segala karunia yang diberikan Allah. Setelah itu kami langsung bergegas melaksanakan serangkaian ibadah Umroh yaitu Thawaf, Sa’i, dan Tahalul betapa nikmatnya melaksanakan ibadah Umroh tersebut lalu saya dan papa sholat sunnah di Hijir ismail dan berdoa disana juga di Multazam, semua orang berebut untuk dapat berdoa ditempat mustajab itu.
          Ka’bah tak pernah sepi dari orang-orang yang berthawaf, haji, Umroh atau berdoa. sungguh pemandangan yang luar biasa indahnya, kami berdoa dekat ka’bah dengan khusyuk dan khidmat, saya menangis sejadi-jadinya memohon ampun pada Allah atas segala kesalahan dan memohon agar Allah meridhoi, merahmati dan memberkahi diri saya, keluarga, dan seluruh orang yang berbuat baik pada saya dan semoga segala hajat kami Allah kabulkan, serta agar kami sekeluarga dapat kembali lagi melaksanakan ibadah Haji dan Umroh memenuhi panggilan Allah. Aamiin ya Robbal alamiin.
Sungguh itu adalah perjalanan dan pengalaman yang sangat luar biasa menggugah hati, pikiran dan jiwa saya untuk senantiasa berakhlak kepada Allah dengan cara cinta kepada Allah, bersyukur pada Allah, berTaqwa pada Allah, berTawakkal, senantiasa mengingat Allah, berTaubat dengan-Nya, dan selalu membasahkan lisan ini untuk menyebut Asma Allah, memperbaiki diri, dan berusaha melakukan akhlak terpuji lainnya.
Kita sebagai manusia diciptakan untuk menyembah Allah SWT sesuai dengan Al-qur’an yang artinya : “tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-KU”. Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak pada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia malaikat pun tak mampu menjangkaunya. Sesorang yang berakhlak luhur adalah seseorang yang mampu berakhlak baik kepada Allah SWT dan sesamanya. Semoga kita semua adalah orang-orang berakhlak. 
                  
                                                                   -Nurul Fikri-

tiga bentuk muhasabah

بسم الله وبحمده....السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
ا لحمد لله ربّ ا لعا لمين و به نستعين على امور الدّ نيا والدّين واّلصّلاة والسّلام على اشرف الانبياء والمرسلين . قال الله تعال فى القران الكريم وهو اصدق القائلين اعوذ بالله من الشّيطان الرّجيم يا يّهاالّذين امنوااتّقوالله ولتنظر نفس مّا قدّمث لغت واتّقوالله انّ الله خبير بما تعملون. صدق الله العظيم. امّا بعد.                   
Yang kami hormati dan muliakan guru-guru kami yang dengan sabar selalu membimbing kami.
Serta rekan-rekan seperjuangan yang dimuliakan Allah SWT.
    Puja dan puji hanya kepada Allah yang telah menganugerahkan agama yang Haq, yaitu Al-islam kepada segenap mahluk didunia. Islam adalah agama dakwah yang mewajjibkan seluruh umatnya menyampaikan kebenaran kepada seluruh insan walaupun hanya satu ayat.
    Shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW atas segala syiar islam sebagai agama rahmatal lil alamiin  kepada seluruh mahlluk dialam semesta ini.
Para hadiriin hadirot rahimakumullah.
    Izinkanlah pada kesempatan kali ini, saya menyampaikan uraian singkat yang berjudul “ 3 bentuk muhasabah”.
    Perputaran waktu merupakan momentum untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri.
Sebab Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-hasyr ayat 18
 يا يّهاالّذين امنوااتّقوالله ولتنظر نفس ما قدّمث لغت واتّقوالله انّ الله خبير بما تعملون                                                                                                                     
Yang artinya :
    Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
          
        Ikhwan wal akhwat hafizokumullah
  
Muhasabah bisa kita lakukan dengan 3 bentuk.
1.    Muhasabah sebelum berbuat.
Artinya kita terlebih dahulu bertanya pada diri kita, apakah yang hendak kita lakukan itu, sesuai dengan ketentuan Allah dan RasulNya atau tidak ?? tapi bagi orang yang beriman dia akan selalu menyesuaikan diri dengan apa yang Allah kehendaki.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat At-Takwir ayat 29
وما تشائون الّا ان يشاء الله ربّ العا لمين                                                                            
Yang artinya :
    Dan kamu tidak dapat menghendaki atau menempuh jalan itu kecuali apabila di kehendaki Allah, tuhan semesta alam.
2.    Muhasabah saat melaksanakan sesuatu.
Dalam melaksanakan sesuatu kita harus selalu mengontrol diri kita agar tidak menyimpang dari apa yang semestinya kita kerjakan dan bagaimana cara melaksanakannya. Karena hal ini dapat mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan saat melaksanakan sesuatu atau kita menghentikannya sama sekali. 
3.    Muhasabah setelah melakukan sesuatu.
       Maksudnya agar kita dapat menemukan ksalahan-kesalahan yang kita lakuakan. Lalu menyesali dengan cara tobat dan tidak melakukannya lagi pada masa masa mendatang.
Dan oleh karena itu dari 3 uraian bentuk muhasabah tadi kita dapat mengintrospeksi diri kita agar apa yang kita lakukan didunia ini sesuai ketentuan Allah dan RasulNya.
          Oleh karena itu dalam momentum bulan suci ramadhan ini adalah saat yang paling tepat untuk muhasabah terhadap diri kita agar langkah kita selalu dalam rahmat dan ampunan kasih sayang Allah SWT dan kita terhindar dari api neraka. Aamiin.
          Demikianlah uraian singkat ini dapat bermanfaat bagi diri saya dan para jamaah sekalian. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kata yang kurang berkenan.
والله الموفّق والهدى الى سبيل الرّشاد 
ثمّ السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته                            

                                                                     -Nurul Fikri-

Puisi Rasulullah

                                          CINTA KASIH UNTUK RASULULLAH SAW

Ketika matahari kehilangan sinarnya. 
Dunia menjadi gelap gulita
Umat manusia lupa akan khaliq-Nya.
 Engkau datang wahai rasul kekasih ALLAH.
Mengemban titah-Nya

                           Yang rela mati untuk umat. 
                           Yang rela dibenci sedangkan ia seorang penyelamat
                           Yang rela meninggalkan semua cinta.

Tapi kita tak pernah mengerti.  
Sebuah arti kata perjuangan
Yang tak sedikit membutuhkan pengorbanan. 
Beribu nyawa terbang melayang

                           Untuk islam.  Demi islam
                           Demi hidupnya iman dalam jiwa-jiwa kekafiran.  Demi menegakkan agama Allah.

Berabad-abad sudah berlalu.  Namun sinar cahaya itu mampu menembus zaman & ruang
Menembus perbedaan diantara seluruh umat manusia. Cahaya itu tak pernah redup sampai akhir zaman.

Rasulullah begitu agung namamu.   Bergetar hati ini, menangis, rindu bertemu denganmu
YA HABIIBALLAH ….Rindu pada suri tauladan yang engkau berikan. 
Rindu pada kesederhanaan dengan kepedulianmu.  Rindu pada kedamaian yang kau ciptakan.

                                Rahmatan lil alamin, memang itulah dirimu.  YA RASULULLAH kekasih Allah
                                Sungguh kesabaranmu runtuhkan sendi-sendi.  Yang angkuh berdiri
                                 Kemuliaanmu bekukan bara api.

Dengan kasih kau ajarkan kami mengenal ILLAHI
 laa ilaaha illa Allah, TIADA TUHAN SELAIN ALLAH

 Semoga sholawat itu akan tetap berdengung.   Hingga akhir masa nanti
 Hanya syafa’atmu yang kami nantikan kelak.
SALAM RINDU UNTUKMU YA RASUL…....                                            

-Nurul Fikri-